Posts

Showing posts from May, 2020

Kelakuan Pegawai

Image
(Serial Ahmad 13) Gambar:tirto.id Sebulan sekali kelompok miskin di BT mengadakan pertemuan kelompok. Kumpul bersama antara sesama penerima bantuan dan pegawai yang ditugaskan untuk mendampingi. Pertemuan kelompok merupakan kesempatan untuk edukasi dan pendampingan dalam bidang: pendidikan, ekonomi, kesehatan maupun perlindungan sosial. Kesempatan untuk tranfer pengetahuan dan keterampilan.  Masyarakat akan diberitahu kalau belum tahu, dilatih kalau belum cukup keterampilan. Momen untuk membagi keberhasilan yang sudah diperoleh dalam kehidupan, baik sebagai masyarakat miskin maupun sebagai pendamping.  Itu tujuan pertemuan yang disampaikan oleh pendamping kepada semua anggota penerima bantuan di BT saban hari. Namun tujuan itu kemudian dilanggar kembali oleh pendamping.  Bukan barang baru, pikir Ahmad. Semua pegawai (pemimpin) kelakuannya memang begitu. Amnesia. Apa yang disampaikan kemudian dilanggar kembali. Mereka yang menetapkan keputusan, mereka pula yang

New Normal

Image
(Serial Ahmad 12) Dokpri: KPM PKH Desa Wolomeze II Sekelompok orang berdiskusi tentang hal yang asing ditelinganya, new normal. Mereka berdiskusi di Bank, tempat Ahmad mengambil bantuan kemarin.  Mereka ini datang dari kelas yang berbeda. Menggunakan pakaian yang bagus, sepatu yang tidak pernah terlihat jual di pasar desa. Ditambah ransel yang dikenakan, mungkin senilai bantuan untuk sepuluh orang.  Dari Penampilan, terlihat mereka kaum terdidik. Wajar kalau bahan diskusinya hanya dimengerti oleh sesama mereka sendiri. Kehadiran mereka sangat menarik perhatian orang desa yang baru sesekali ke kota.   Walau lebih banyak tidak memahami yang didiskusikan, diam-diam Ahmad menguping diskusi tersebut.  Tidak semua sepakat dengan new normal. Yang tidak setuju khawatir akan serangan pandemi tahap 2. Mereka merujuk pada peristiwa flu Spanyol 1918. Sejarah memang mencatat, wabah susulan di negeri dengan julukan Matador memang lebih berbahaya, memakan korban lebih besar. 

Berlabuh di Kios

(Ahmad seri ke-11) "Ahmad, besok kita berangkat ke Bank, bantuan sudah masuk. Sudah bisa pencarian!" Marta, ketua kelompok penerima bantuan di BT menyampaikan informasi itu sore tadi. Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu datang juga. Bantuan untuk bulan ini sudah masuk. Syukurlah, ada dana untuk menunjang kebutuhan bulan ini.  Ahmad sudah mempersiapkan diri sejak subuh besoknya. Ia bergabung bersama sebagian besar rombongan berangkat mengunakan taxi. Pilihan yang paling terjangkau bagi masyarakat di BT. Bersama dengan mereka, ada sebagian penerima bantuan memilih transportasi ojek. Tentu pilihan yang sangat boros, pikir Ahmad.  Dengan taxi mereka hanya membayar Rp.40.000,- untuk biaya pergi pulang, sedangkan dengan ojek harus membayar Rp.100.000,-. Belum lagi harus menanggung biaya makan tukang ojek. Semua itu akan bersandar pada uang bantuan. Bisa dibayangkan kalau mereka mendapat bantuan senilai Rp.600.000,- apabila dikurangi sewa ojek dan biaya makan sebes

Bermula di Sawah

Serial Ahmad (10) BT akhir-akhir ini kembali ramai. Bukan karena berkat hari panen, tetapi masalah bantuan. Semua orang ramai mengomentari hal tersebut. Ibarat komentator sepak bola, mereka selalu lebih jago dari pemain untuk mengalisa dan membaca peluang. Padahal pemain sudah berjuang sekuat tenaga di lapangan bola. Lagian, informasi yang dikomentari belum tentu akurat.  Kemampuan komentar ini nyata dalam masyarakat BT. Mereka memanfaatkan waktu panen dan sawah Ahmad sebagai tempatnya, waktu dan tempat untuk beraksi.  "Syukur ew, ada Corona, kita bisa dapat bantuan 600.000/bulan," kata Ahmad kepada Anton.  "Ia, syukur yang macam kamu punya keluarga itu," potong Anton ketus. "Kalian enak, sudah dapat bantuan Program Keluarga Harapan, dapat lagi beras dari pemerintah, sekarang kamu punya nama muncul lagi untuk dapat bantuan Corona," sambung Anton. "Siapa yang mau dapat Corona, Anton? Kau tidak lihatkah saya ada pakai masker untu

Sisi Baik Petani

Image
Dokpri Sampai pandemi Covid-19 berlalu, saya percaya petani tidak akan mengalami dampak yang begitu berat secara ekonomi. Dapur masih tetap berasap. Stok makanan masih tetap aman.  Apalagi untuk petani di NTT, yang rata-rata memiliki lahan untuk usaha pertanian, baik itu pertanian lahan kering maupun pertanian lahan basah. Diatas lahan tersebut  petani sudah menanam beraneka ragam tanaman, baik untuk kebutuhan makan sehari-hari maupun untuk beberapa bulan kedepan. Tanaman yang dibudidayakan merupakan persediaan yang bisa digunakan kapan saja, sehingga sulit untuk mengatakan petani terdampak Covid-19 apalagi kelaparan.  Ini sisi baik dari profesi petani. Coba bayangkan, disaat banyak profesi ketar-ketir karena ancaman pemutusan hubungan kerja, saat banyak karyawan berharap tidak dirumahkan, saat pegawai berharap tranfer gaji bulanan tetap lancar; petani aman-aman saja.  Stok makan di sawah maupun ladang selalu tersedia untuk dimakan kapanpun. Tidak usah resah besok makan

Petani tidak Keren?

Image
Dokpri Saya sering mendengar orang-orang tua di desa menasihati anaknya untuk tidak menjadi petani, "Jangan jadi petani, tidak pasti pendapatannya!". Padahal mereka sendiri hidup dari pertanian. Saya juga sering mendengar kritik yang terkesan membunuh karakter pemuda, baik lulusan SMA maupun Perguruan Tinggi, yang kebetulan memilih menjadi petani di desa. "Sekolah percuma, ada ijazah tetapi jadi petani, macam kami yang tidak sekolah saja".  Bagi yang tidak tahan dengan kritik, mungkin akan pontang-panting mencari pekerjaan dimana saja agar diakui kembali sebagai 'lulusan pendidikan yang berguna di kampung'. Padahal, mungkin saja bayaran dari pekerjaan tersebut tidak seberapa, bahkan tidak cukup hanya untuk kebutuhan pulsa sebulan. Atau bisa jadi, kerjaan baru tersebut tidak jauh beda, 'sama kotornya' dengan menjadi petani.  Terhadap hal seperti ini, saya biasanya merespon biasa saja bahkan memakluminya. Bukan hal baru, orang kampung

Bangkit Bersama

Image
Saudara, pada hari Kebangkitan Nasional, mari kita bangkit bersama. Kalau engkau bingung mau melakukan apa untuk hari Kebangkitan Nasional, maka saya menyarankan satu hal yang paling mungkin dilakukan. Mari kita bangkit melawan virus Corona! Saudara, engkau cukup menggunakan masker pada saat keluar dari rumah, sering mencuci tangan dan selalu menjaga jarak pada saat berada dikeramaian. Mengikuti semua himbauan pemerintah, itu sudah cukup. Mungkin itu kontribusi terbesar kita pada zaman ini. Kontribusi untuk bangsa Indonesia.  Saudara, tidak usah kecil hati, jika engkau hanya melakukan hal kecil bagi bangsa yang besar ini. Yang kecil ini, mungkin akan dicatat oleh sejarah kemudian, sebagai sebuah momentum Kebangkitan Nasional bangsa Indonesia melawan pandemi; sebagaimana perjuangan dari organisasi Budi Utomo 20 Mei 1908.  Saudara, ketahuilah, bahwa musuh bersama bangsa Indonesia yang diperjuangkan oleh Budi Utomo adalah kemerdekaan dari penjajah dalam segala bidang, menu

Kolaborasi

Image
Dokpri Saat mengadakan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Benteng Tawa tahun 2019 yang lalu, saya menggandeng teman-teman dari Puskesmas Lindi. Saya mengundang teman-teman kesehatan ini, untuk membawakan materi kesehatan dan gizi. Sebagai pendamping PKH, tentu saja saya sudah dibekali pelatihan materi tersebut sebelumnya. Bahkan, semua pendamping juga mendapatkan tool kit (media dan alat bantu pembelajaran) yang akan digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di kelompok. Tetapi, saya memiliki pertimbangan lain untuk menghadirkan petugas kesehatan dari Puskesmas Lindi. Saya merasa penjelasan dari teman-teman kesehatan akan lebih detail tentang materi kesehatan tersebut. Karena kesehatan merupakan bidang yang mereka geluti setiap hari, tentu mereka paham betul akan materi dan seluk beluknya.  Sebagai pendamping, saya sadar bahwa anggota/KPM PKH akan menyimak penjelasan secara baik dalam setiap sesi pertemuan. Fatal

Sekolah yang Mendamaikan (2)

Image
Dapodik SMPN 2 Pertimbangan SMPN 2 Riung dibangun di Waesaok adalah ketersediaan sekolah pendukung. Waesaok merupakan daerah strategis dan mudah dijangkau oleh beberapa sekolah pendukung diluar Benteng Tawa, yaitu: SD Inpres Alowulan desa Uluwae, SDN Ize desa Nginamanu Barat dan SDN Wongkoledu desa Mosi Ngaran. Namun siapa sangka, sekolah yang mengantongi SK pendirian sejak 30 Desember 2002 dan dibangun dekat lokasi batas desa ini, kemudian berkontribusi bagi "persehatian batas". Itu terjadi 17 tahun kemudian, tahun 2019.  *** Konflik batas desa sebagaimana saya singgung pada tulisan sebelum ini adalah persoalan batas wilayah administrasi antara desa Benteng Tawa dan desa Uluwae/Alowulan. Sekali lagi saya tekankan, batas wilayah administrasi desa.  Mengapa persoalannya begitu berlarut-larut? Bagi saya, alasannya sederhana, tidak ada dialog sebelumnya antara dua desa yang bersengketa.  Sehingga, ketika ada upaya mediasi persoalan ini, yang terjadi ada

Sekolah yang Mendamaikan (1)

Image
"Cara terbaik untuk mendamaikan masyarakat yang konflik berkepanjangan adalah membangun sekolah".  Gambar:Irvannugi Tahun 2000, saat masih kelas dua sekolah dasar, kami pernah mengalami ketakutan yang bersifat masal. Ketakutan ini dialami oleh hampir semua anak-anak dan ibu-ibu yang ada di dusun Waesaok, Desa Benteng Tawa.  Itu terjadi disuatu sore menjelang malam. Tiba-tiba saja ada desas-desus dari mulut ke mulut, entah disampaikan oleh siapa, yang menyatakan bahwa: masyarakat desa Uluwae/Alowulan akan melakukan penyerangan terhadap masyarakat dusun Waesaok, Desa Benteng Tawa.  Malam itu juga, hampir semua anak-anak dan ibu-ibu mengungsi ketempat yang dianggap aman. Di pinggir kali, di kampung tetangga, dan disemua tempat yang dianggap bisa menyelamatkan diri.  Malam itu selain bapak dan kakak laki-laki tertua, kami mengungsi ke arah barat bersama tetangga. Melewati sungai perbatasan antara Kabupaten Ngada dan Manggarai, menuju ke kampung Wongkoled

Atas Nama Kemanusiaan

Image
Berdoa di rumah. Belajar dari rumah. Bekerja dari rumah. Semua dilakukan atas nama kemanusiaan. Yang di rantau, jangan pulang dulu! Yang mau mudik, jangan mudik dulu! Yang mau keluar rumah, harus mengunakan masker! Semua atas nama kemanusiaan.   Kita memang lagi memerangi korona. Korona telah memporak-porandakan semuanya. Banyak yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan. Banyak yang kehilangan keluarga dan orang-orang yang dicinta. Mari kita semakin teguh dalam kemanusiaan! Jangan mengambil yang bukan hakmu! Biarkan mereka yang membutuhkan yang memperolehnya. Jangan pula mendadak jadi miskin hanya untuk beberapa rupiah! Semua atas nama kemanusiaan. @longanipin  #puisi  #stayhome  #staysafe  #sdmpkh

SDK Terong Kedong

Image
Sudah dua tahun, data anggota rumah tangga, Keluarga Penerimaan Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) yang berusia 7-8 tahun selalu diberi keterangan "belum sekolah". Selama itu juga sistem "e-pkh" selalu membaca data tersebut sebagai "anomali", data yang bermasalah.  Data anomali tersebut merupakan bagian dari kisah dunia pendidikan yang saya temui. Kisah SDK Terong Kedong, Dusun Mbazang, Desa Benteng Tawa 1, Kecamatan Riung Barat.  Selama dua tahun terakhir, fasilitas pendidikan tersebut tidak memiliki rombongan belajar. Jumlah siswa yang mendaftar di SDK Terong Kedong tidak pernah mencapai angka 10. Padahal 10 orang merupakan standar minimal sebuah rombongan belajar, bahkan itu sudah penyesuaian dari pasal 24 Permendikbud Nomor 17 tahun 2017 dengan konteks NTT.  Inilah alasan, mengapa selama dua tahun terakhir, beberapa anggota rumah tangga KPM PKH Mbazang yang berusia sekolah, belum terdaftar di fasdik e-PKH. Secara keseluruh

Cerita Buku

Image
Bahagia itu mudah dan Ilmiah (Penulis: Denny JA) Yang paling dicari oleh semua orang di dunia adalah kebahagian. Setiap orang giat bekerja, berolahraga, mengurus keluarga, menjalankan kegiatan beragaman, bersosialisasi, terlibat dalam komunitas, tujuannya adalah untuk kebahagiaan.  Semua manusia berlomba-lomba untuk mencari kebahagiaan tersebut. Ini karena pada dasarnya semua manusia menginginkan kebahagiaan.   Kebahagiaan yang kita usahakan pada saat ini sebenarnya merupakan pencarian sejak lama. Pada masa lampau, jawaban akan kebahagian bersumber pada spekulasi filsafat atau Wahyu dari langit. Bisa kita temukan dalam kisah: Janda Miskin yang Baik Hati, bisa juga ditemukan dalam dongeng-dongeng dalam masyarakat yang memiliki akhir yang membahagiakan/happy ending.  Era modern, jawaban akan kebahagian itu tentu bersumber pada riset akademik. Ada berbagai macam hasil riset yang meneliti kebahagian seseorang. Tentu temuan riset tidak berarti menjadi pengganti agam

SDN Munting

Sama seperti postingan sebelumnya saya ingin berbagi kisah menarik yang ditemui saat berkunjung ke fasilitas pendidikan di desa dampingan Program Keluarga Harapan.  Kali ini saya mau berbagi kisah tentang SDN Munting di Desa Ngara, Kecamatan Riung Barat.  Saya tiba di SDN Munting sudah agak siang pada kunjungan akhir Januari 2020 yang lalu. Jarak tempat tinggal dan lokasi sekolah yang jauh membuat saya agak lama memacu kendaraan menuju SDN Munting.  Setibanya di sekolah saya langsung membereskan kebutuhan verifikasi. Kegiatan ini berakhir persis bersamaan dengan bel tanda selesainya Kegiatan Belajar Mengajar. Sayapun bersiap untuk pulang bersama para guru.  Sebelum pulang biasanya siswa-siswi SDN Munting mendengarkan arahan dari guru atau kepala sekolah. Hari itu kepala sekolah, Ibu Kristina Wonga yang memberikan wejangan.  Mama Kristina, begitu saya biasa memanggilnya. Beliua membuka dan menutup arahan singkatnya dengan yel-yel yang mengobarkan semangat

SDK Rupingmok

Sebelum pandemi Covid-19 sebesar sekarang, pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) biasanya mengunjungi fasilitas pendidikan yang berada di desa dampingan. Kunjungan ini merupakan kegiatan rutin setiap tiga bulan, untuk memverifikasi komitmen peserta didik yang orangtuanya menerima bantuan PKH.  Dalam setip kunjung, saya selalu menemukan kisah-kisah menarik dari setiap sekolah yang dikunjungi. Kali ini, saya ceritakan kisah yang saya amati  di SDK Rupingmok, Desa Benteng Tawa 1, Kecamatan Riung Barat.  Pada suatu kesempatan verifikasi, mungkin terlalu semangat, saya berangkat menuju sekolah ini sangat pagi. Sesampai di sekolah, baru nampak siswa-siswi yang mulai berdatangan.  Anak-anak yang baru tiba ini, langsung membersikan halaman sekolah yang kotor, memungut sampah dan membersikan kelas yang kotor. Mereka melakukannya dengan tekun.  Yang membuat saya lebih terkagum-kagum lagi adalah mereka mengadakan apel bendera, upacara pengibaran bendera me

Panen

Image
Mei merupakan bulan yang penuh berkat bagi petani. Bagaimana tidak, bulan ini merupakan waktu petani memanen hasil usaha sawah.  Padi yang ditanam pada musim hujan (biasanya akhir bulan Desember-Januari) kini sudah menguning. Padi sudah siap untuk dipanen.  Panen padi merupakan akhir dari penantian panjang atas jerih payah dan usaha yang dilakukan selama 3 bulan. Jerih payah akan dibayar tuntas dengan banyaknya jumlah gabah yang dihasilkan. Panen selalu memberi nuansa kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan itu nampak dalam langkah-langkah ringan menuju sawah.   *** Mereka hanya punya satu pilihan untuk sampai ke sawah yaitu: berjalan kaki. Itu satu-satunya  pilihan yang tersedia. Menembus jarak yang jauh antara rumah dan sawah sudah biasa. Sudah bertahun-tahun mereka demikian. Pagi bergegas ke sawah begitupun sore hari harus balik ke rumah.  Tidak ada tanda-tanda kebosanan. Langkah pagi hari sama semangatnya dengan langkah sore hari.  Tidak jarang ditemukan canda tawa d

Bantuan

"Ada hikmah dibalik persoalan," itulah yang dirasakan Ahmad sekarang. Bulan lalu ia sempat terpukul karena di kategorikan "keluarga prasejahtera/miskin."  Barusan ia mendapat berita gembira dari ketua RT. Keluarga Ahmad berhak  mendapatkan bantuan. Paket lengkap pula. Ada beras, telur dan uang.  Ahmad bingung. Kok bisa ya? Tetapi Ahmad percaya berita ini, soalnya saat berada di pasar, sempat menguping pembicaraan orang-orang besar di BT. Mereka membahas bantuan untuk keluarga prasejahtera/miskin.  "Saat ini konsentrasi pembangunan harus diarahkan pada masyarakat prasejahtera/miskin. Mereka harus dibantu mulai dari biaya sekolah, biaya kesehatan juga jaminan bagi lanjut usia dan orang cacat"  demikian pembahasan orang-orang besar di warung pasar.  Mungkin ini era kejayaan kaum miskin. Mungkin juga doa yang terkabul pada perayaan Natal kemarin. Hidup orang miskin!!!😀😀😀 Paling kurang ada yang peduli pada kesusahan Ahmad dan orang misk

Anak-anak Petani

Image
Sudah satu bulan lebih mereka tidak mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Mereka kini ada bersama dengan orangtua di sawah dan ladang untuk bekerja.  Anak-anak itu sebenarnya harus belajar dari rumah. Itu kebijakan yang sedang dijalankan pemerintah, Study from home. Anak-anak sekolah belajar dari rumah masing-masing.  Rupanya kebijakan tersebut tidak berlaku untuk anak-anak petani. Yang berlaku adalah mereka harus berada di sawah dan ladang, bekerja dari pagi sampai sore hari. Nasib anak-anak tani siapa peduli! Pendidikan mereka, siapa peduli! Untuk apa mereka berada di rumah? Apa yang harus dipelajari di rumah? Siapa yang harus mendampingi mereka? Ah, buang-buang waktu saja. Pilihan yang tidak masuk diakal.  Hanya orangtualah yang paling tahu nasib mereka. Mereka harus mengikuti kehendak orang tuanya. Saat ini orangtua tidak ada waktu untuk tinggal di rumah. Harus ke sawah dan ladang untuk memanen padi.    Padi adalah sumber utama pendapatan mereka. Sumber

Handphone KPM

Image
Dokpri: KPM PKH Wolomeze II B e b e r a p a h a ri lalu s a ya mend a p a tkan info r m a si d a ri Ko r dinator P rog ra m K e lua r ga H a r a p a n (PK H ) k a bup a ten Ng a da untuk mel a kuk a n sos i a l i s a si P e rub a h a n K e bi j a k a n B a ntuan S osial P KH p a da masa Covi d - 19. T u g a s y a ng h a rus s a ya s e l e s a ikan d a lam w a ktu d e k a t s e b a g a i p e nd a mp i ng k e lua r ga h a r a p a n, d a lam b a y a n g - b a y a ng p a n d e mi Covi d - 19. T e ntu s a ng a t t i d a k ide a l untuk turun ke lap a ng a n, mengumpulkan K e lua r g a P e n e rim aa n M a n f aa t ( K P M) d a n meny a mpa i k a n p e rub a h a n k e bi j a k a n te r s e but. S e l a in k a r e n a mel a ng g a r hi m b a u a n wo r k f r om ho m e , juga p e rtimb a ng a n r e siko. D a lam kondisi s e k a r a n g , N T T k e mbali b e rs t a tus z ona me r a h. P a sien t e rus b e rt a mbah w a lau gr