Posts

Showing posts from August, 2018

Pertanian Tidak "Seksi" Bagi Pemuda

Image
Pemuda di Desa Benteng Tawa Saya pernah melakukan survei kecil-kecilan di Desa Benteng Tawa tentang minat pemuda dibidang pertanian. Dari 100 responden yang dimintai pendapat, hanya ada 5 persen pemuda yang mengaku tertarik pada sektor pertanian. Itu artinya hanya ada lima orang pemuda yang tertarik pada sektor pertanian di Desa Benteng Tawa sedangkan lebihnya tertarik pada profesi lain seperti PNS/ASN 50 persen, ojek 5 persen, pegawai kantoran 20 persen sisanya 10 persen disektor wirausaha, profesional dan pilihan terburuk menjadi perantau. Hasil survei ini juga mengambarkan bahwa memang pertanian sudah tidak seksi lagi. 95 persen pemuda yang tidak tertarik pada pertanian melihat pertanian sebagai sesuatu yang kotor, usaha yang tidak menguntungkan dan tidak mendapatkan akses pasar serta harga yang adil. Bagi saya alasan yang disampaikan diatas lebih pada asumsi yang tingkat kebenarannya diragukan. Misalnya untuk alasan pertama petani identik den

MENGAPA HARUS BERKELOMPOK?

Image
Singkronisasi di Benteng Tawa 1 Dalam kegiatan singkronisasi bidang pertanian sebagai sektor unggulan di desa Benteng Tawa dan Benteng Tawa 1 bersama Dinas Pertanian Kabupaten Ngada beberapa perwakilan masyarakat mempersoalkan keberadaan kelompok.    Mulai dari  keaktifan,  aset serta program dan aktifitas kelompok. Keberadaan kelompok cenderung responsif. Aktif kalau ada bantuan. Selanjutnya tinggal nama. Semua yang mempersoalkan mengarahkan pada satu kesimpulan bahwa kelompok sudah tidak penting. Tidak efektif. Adapun muara dari usulan, peserta berharap agar berbagai bantuan kedepannya tidak lagi melalui  kelompok, lansung pada orang perorangan saja. Sebagaimana yang bisa anda tebak, usulan tersebut tidak disepakati oleh Dinas terkait begitupun oleh pemerintah desa. Karena pemerintah sudah bersepakat bahwa melalui kelompok adalah pilihan pendekatan pelayanan publik terbaik. Saya sendiri yang mengikuti pertemuan ini melihat usulan dan diskusi ini sebagai s

PETANI "BERHENTI BICARA POLITIK"

Image
Petani di Desa Persiapan Benteng Tawa II Bagi fasilitator yang sedang kebingungan dalam membangun kedekatan dengan petani, ada cara simple yang bisa diterapkan untuk membangun kedekatan tersebut yaitu memancing petani "bicara politik". Dalam hitungan menit keakrapan komunikasi dan interaksi akan terbangun. Chemistry tercipta antara fasilitator dan petani. Petani suka bicara  politik. Isu politik dan segala dinamika yang berkaitan merupakan hal yang dekat dengan mereka. Bahkan sudah sampai pada tahap  membedakan mana wakil terbaik mana yang tidak, calon yang bisa mengeksekusi keputusan yang dijanjikan dan barisan pembual. Sesuatu yang positif dalam kaitan dengan masyarakat demokrasi dan merupakan pintu masuk yang bagus bagi fasilitator dalam proses pendampingan. Politik menjadi bahan yang seksi untuk dibicarakan. Namun tidak berdampak bagi keberlangsungan hidup petani. Pada akhirnya apa yang dibicarakan hanya menjadi bahan pembicaraan, tidak lebih!!! Ka

MALU MENJADI ORANG MISKIN

Image
Pose bersama setelah diskusi "Sektor pertanian, peluang usaha baru" di Desa Benteng Tawa 1 Kalau ditanya pada masyarakat siapa yang miskin, maka jawabannya akan sangat tergantung pada konteks. Andai pertanyaan itu konteks kehidupan sehari-hari maka tidak ada seorangpun yang mengaku miskin. Bahkan setiap keluarga akan membela diri dengan sepenuh kekuatan bahwa mereka "tidak miskin".  Tetapi kalau pertanyaan itu berasal dari aparat pemerintah, dimana akan berdampak pada pemberian bantuan, semua orang akan ramai-ramai menjadi miskin. Tidak jarang kompetisi terjadi dalam meyakinkan pengambil data agar keluarganya didahulukan mendapatkan bantuan. Bahkan ada oknum yang protes keras kepada pemerintah setempat kalau keluarganya tidak didahulukan.  Dua fenomena ini paling sering dijumpai dalam masyarakat kalau lagi berbicara tentang kemiskinan. Perbedaan jawaban antara pertanyaan pertama dan kedua sebenarnya mau menunjukan standar ganda masyarakat tentang k

73 TAHUN INDONESIA MERDEKA, PERJUANGAN MASIH TERUS DILAKUKAN

Image
katakitaline Tahun 2018 Indonesia genap berusia 73 tahun. Rakyat Indonesia merayakan kebebasan dari penjajahan Belanda dan Jepang. Sebuah anugerah yang patut disyukuri, terkusus kepada para pejuang. Saat ini semua orang bisa bicara apa saja, berkumpul, berserikat menyatakan hak dan kewajiban dengan sebebas-bebasnya hanya karena ada jaminanan kemerdekaan.  Hasil perjuangan para pahlawan. Selama 73 tahun Indonesia merdeka sudah ada banyak hal yang dilakukan. Banyak perubahan yang dirasakan. Semua kita tahu apa saja catatan keberhasilan tersebut juga hal-hal yang harus dibenahi. Yang baik adalah keberhasilan bersama sebagai warga negara begitupun yang diperjuangkan mesti menjadi tanggung jawab bersama. Tentang perjuangan untuk berbagai hal tersebut sebenarnya bukan merupakan hal baru. Bahkan sudah dari jauh-jauh hari Soekarno sudah menyampaikan itu. Bahwa kita masih akan terus berjuan dengan fokus yang berbeda. Kalau pada zaman dahulu para pahlawan berjuang untuk meng

SDM PKH SEORANG PEMBELAJAR SEJATI

Image
P2K2 Kelompok Waesaok Seorang fasilitator lapangan/SDM Program Keluarga Harapan sudah sepantasnya menjadi manusia-manusia pembelajar. Sekelompok orang yang karena tugasnya bertekad untuk tidak berhenti belajar dalam situasi apapun. Tidak berhenti belajar sekalipun lagi sibuk-sibuknya dengan semua bisnis proses PKH. Kegiatan yang sangat melelahkan bagi setiap SDM PKH.  Bisa dibayangkan bagaimana sebuah bisnis proses PKH misalnya pertemuan kelompok sangat membosankan karena SDM PKH tidak pernah belajar lagi. SDM PKH mungkin akan tersanjung pada pertemuan-pertemuan awal karena KPM PKH hadir dan mendengarkan semua yang disampaikan. Selanjutnya jangan kaget yang hadir semakin sedikit.  Tidak belajar juga akan menyebabkan SDM PKH gagap dalam melihat berbagai masalah yang terjadi di masyarakat (KPM). Contohnya masalah "cuci tangan" dari pemerintah desa tentang kepesertaan PKH  dan komplementari PKH.  Baca: Menyoal Komplementaritas PKH Bukan hal baru, yang

BELANJA SOSIAL

Image
Kegiatan Sosial di Desa Lanamai II Beberapa waktu lalu saya membuat tulisan tentang penyalahgunaan bantuan tunai PKH untuk judi bola dan belanja rokok. Kedua tulisan ini tentu saja berangkat dari fakta lapangan yang dijumpai selama pendampingan. Dimana kebanyakan masyarakat memanfaatkan dana bantuan PKH untuk hal tersebut. Baca: Bantuan Tunai Tidak untuk Judi  Kedua bentuk penyalagunaan ini memang sengaja diangkat untuk menginformasikan kenyataan  penyalagunaan belanja uang PKH KPM dan upaya mengatasi persoalannya. Juga sebagai bahan berpikir bersama dalam upaya mengatasi persoalan dalam cakupan dampingan Program Keluarga Harapan. Dengan demikian penyalagunaan penggunaan bantuan PKH bisa diantisipasi sehingga tidak terjadi lagi. Baca: KPM Mesti Malu Kalau Merokok   Kemudian saya baru menyadari bahwa ada bentuk lain dari penyalahgunaan keuangan PKH. Memang hal ini agak susah dideteksi karena berlangsung tidak terus menerus. Hal tersebut yang dalam masyarakat d

KPM MESTI MALU KALAU MEROKOK

Image
KPM Kelompok Lampa Tabi, Desa Ngara Menteri Perencana Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro dalam Forum Merdeka Barat 9 di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (30/01/2018) menghimbau Keluarga Penerimaan Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan tidak mengunakan bantuan sosial PKH untuk belanja rokok.  Selain karena akan berdampak secara langsung pada kesehatan KPM PKH, juga berakibat pada tambahan aitem belanja keluarga.  Himbauan kepala Bappenas bukan tanpa alasan sebagaimana dikutip dari kompas.com, rokok dan beras merupakan komoditas yang berpengaruh pada tingkat kemiskinan masyarakat. Beras  dan rokok menempati urutan teratas  daftar barang yang paling sering dibelanjakan oleh rakyat miskin. Khusus untuk rokok Kepala Bappenas menaruh perhatian lebih karena hanya membuat KPM PKH terbebani secara kesehatan maupun pengeluaran.  Himbauan ini merupakan hal positif yang harus segera di eksekusi. Bahkan tid