SDN Munting

Sama seperti postingan sebelumnya saya ingin berbagi kisah menarik yang ditemui saat berkunjung ke fasilitas pendidikan di desa dampingan Program Keluarga Harapan. 

Kali ini saya mau berbagi kisah tentang SDN Munting di Desa Ngara, Kecamatan Riung Barat. 
Saya tiba di SDN Munting sudah agak siang pada kunjungan akhir Januari 2020 yang lalu. Jarak tempat tinggal dan lokasi sekolah yang jauh membuat saya agak lama memacu kendaraan menuju SDN Munting. 

Setibanya di sekolah saya langsung membereskan kebutuhan verifikasi. Kegiatan ini berakhir persis bersamaan dengan bel tanda selesainya Kegiatan Belajar Mengajar. Sayapun bersiap untuk pulang bersama para guru. 

Sebelum pulang biasanya siswa-siswi SDN Munting mendengarkan arahan dari guru atau kepala sekolah. Hari itu kepala sekolah, Ibu Kristina Wonga yang memberikan wejangan. 

Mama Kristina, begitu saya biasa memanggilnya. Beliua membuka dan menutup arahan singkatnya dengan yel-yel yang mengobarkan semangat anak-anak didiknya. 

Anak didiknya bergitu berkobar semangatnya. Mereka terlihat bersemangat padahal waktu sudah menunjukkan pukul 13.15 Wita. 

Jam lapar. Waktunya perut harus diisi makanan. Tentu kobaran semangat itu karena sosok kepala sekolah, Ibu Kristina Wonga. 

Mama Kristina, walau sudah berumur 58 tahun, ia masih semangat. Energi positifnya begitu menggelora. Saya kira wajar kalau energi ini tertular juga pada anak didiknya. 

Ada sisi lain juga yang saya temukan dari sosok Mama Kristina. Pada suatu waktu, sekolah menerima kunjungan dari sebuah percetakan yang menawarkan buku-buku  pelajaran sekolah. 

Pemimpin yang terbiasa dengan zona nyaman mungkin akan memilih solusi yang biasa dilakukan. Memasukannya dalam daftar pengadaan barang yang didanai Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Reguler, anggaran  pengembangan perpustakaan sekolah. 

Ini pilihan yang dimungkinkan secara regulasi (Baca: Permendikbud No. 19 tahun 2020). Tetapi pilihan ini biasanya sangat dibatasi oleh regulasi yang sama.  Anggaran untuk pengembangan perpustakaan harus berbagi dengan pembiayaan lain yang tidak kala pentingnya. Persentasenya dibatasi. 

Tidak jarang buku yang dibeli tidak mencukupi kebutuhan anak didik. Tidak sesuai dengan jumlah anak didik yang akan menggunakannya. 

Kendala ini yang dilihat olehnya. Mama Kristina melakukan pengadaan buku sesuai dengan kebutuhan anak didik. Bahkan ada buku lain yang bukan buku pelajaran diadakan untuk menunjang kegiatan peserta didik. 

Pengadaan ini tidak dengan cara membebankan anggota komite sekolah. Juga tidak dengan cara melanggar aturan. 

Buku diadakan/dibeli dengan kas sekolah yang bersumber dari usaha kebun sekolah. "Uang hasil dari kebun kemiri yang ada di SDN Muntung, Ipin." Katanya kepada saya.  

Sederhana tetapi hanya sedikit orang yang bisa memikirkan dan melakukan ini termasuk sosok yang mengabdi di SDN Munting sejak 1 Juni 1986.

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SABANA OLAKILE