Posts

Showing posts from January, 2019

SATU RUMAH SATU SARJANA

Image
Alfonsius Nai, Dokpri   Masih ingat kisah Keluarga Penerimaan Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) yang dipercayakan oleh masyarakat menjadi kepala desa Benteng Tawa? Baca: KADES BENTENG TAWA KPM PKH Ada satu gebrakan yang sangat menarik dalam mewujudkan visi "TERWUJUDNYA DESA BENTENG TAWA MAJU, MANDIRI DAN BERBUDAYA" yaitu:  program satu rumah satu sarjana.  Program ini sangat menarik. Bagaiman tidak, desa yang memiliki jumlah penduduk 1200 jiwa ini, jumlah sarjananya hanya hanya 20 orang saja. Jumlah ini termasuk angka kotor karena menghitung dengan beberapa (guru/sarjana) yang berprofesi sebagai ASN dan ditempatkan di Benteng Tawa.  Perbandingan antara jumlah sarjananya dengan jumlah penduduk adalah 1/60. Hanya ada satu sarjana diantara 60 penduduk desa. Hanya 1,7% sarjana di desa Benteng Tawa.  Kondisi ini tentu saja tidak ideal bagi desa.  Pembangunan desa. Sebuah desa yang maju juga ditentukan oleh sebaran sarjana di desa. Mereka yang a

MISKIN HARTA KAYA MARTABAT

Image
Dokpri Peryataan "miskin harta kaya martabat" di sampaikan oleh wakil Gubernur NTT, Josef Nai Soi di SMAN 1 Soa. Josef menyampaikan saat kunjungan sekaligus pemberian beasiswa kepada siswa prestasi di tingkat SD, SMP dan SMA di Kecamatan Soa.  Sebagai wakil gubernur, Josef tau kondisi pendidikan NTT. Apalagi sisi ini sempat  membuat heboh masyarakat se-NTT. Pada Desember 2017 lalu, Menteri Pendidikan Indonesia, Muhadjir Effendy mengemukakan NTT adalah penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dalam survei PISA. Tentang ini anda bisa membacanya sendiri di koran. Ada banyak sekali berita begitupun arus protes dari masyarakat. Tentu kebenaran peryataan Mendikbud masih kontraversi. Publik NTT banyak yang tidak sepaham. Bagi saya itu tidak penting.  Yang penting adalah apakah NTT sudah maju dalam pendidikan. Sudah kaya secara martabat sebagaimana dikemukakan oleh wakil gubenur?  Tidak perlu menyinggung banyak aspek. Cukup bidang pendidikan.  Mem

3 GARANSI MENJADI POLITISI

Image
Pileg 2019 sudah di depan mata. Hiruk pikuk dari mereka yang akan terlihat semakin gencar dilakukan.  Berbagai acara dijadwalkan untuk dihadiri.  Mulai dari yang resmi seperti pelantikan kepala desa sampai dengan acara yang tidak pernah dijadwalkan, kalau terjadi diluar tahun politik, upacara penguburan mayat.  Semua orang tahu ada motif politik dibalik kahadiran tersebut. Ada orang banyak disana. Masyarakat yang memiliki hak suara.  Memang ditahun politik rakyat betul-betul dihormati. Sama seperti pelayan menghormati raja. Tentu, ini penghormatan yang semu. Tidak bertahan lama. Akan berakhir beriringan dengan berakhirnya pemilu.  Rakyat kembali akan ditinggali selama lima tahun.  Bagi kalian yang sekarang seolah-olah mesra dengan masyarakat, ketahuilah rakyat tidak mudah dikibuli. Rakyat sudah cerdas dalam membaca semua ini. Rakyat muak dengan semua sandiwara ini.  Mereka tahu ini semua sandiwara. Jangan harap mereka bisa memilih anda. Kalau memang an

DPR BAGAIKAN JUDI

Image
Pemilihan legislatif semakin dekat. Persiapan dari mereka yang akan berlaga semakin mantap. Tatap muka. Kampanye. Pertemuan keluarga maupun penyebaran berbagai alat peraga kampanye semakin gencar dilakukan. Kalau boleh cara-cara yang paling memungkinkan berinteraksi langsung dengan masyarakat itulah yang harus digunakan. Para caleg sadar bahwa hanya dengan cara tersebut simpati dari konstituen akan lahir. Minimal orang mengenal nama lengkap sang calon. Hehehehe. Siapa tau dia bisa pilih nanti. Ini fenomena biasa dalam pemilihan calon legislatif. Konstituen tidak mengenal calon. Apalagi caleg mengenal konstituen. Mimpi kali. Hehehehe. Saya menemukan ini di Kabupaten Ngada dapil 4 meliputi Kecamatan Riung dan Riung Barat. Bagaiman konstituen bisa mengenal para caleg? Keberadaan caleg bagai cendawan di musim hujan. Sangat banyak. Ada 64 caleg yang memperebutkan hati 25.000 an pemilik hak suara. Bagaiman peluangnya? Saya juga tidak terlalu tahu. Yang pasti