PETANI "BERHENTI BICARA POLITIK"

Petani di Desa Persiapan Benteng Tawa II

Bagi fasilitator yang sedang kebingungan dalam membangun kedekatan dengan petani, ada cara simple yang bisa diterapkan untuk membangun kedekatan tersebut yaitu memancing petani "bicara politik".

Dalam hitungan menit keakrapan komunikasi dan interaksi akan terbangun. Chemistry tercipta antara fasilitator dan petani.

Petani suka bicara  politik. Isu politik dan segala dinamika yang berkaitan merupakan hal yang dekat dengan mereka. Bahkan sudah sampai pada tahap  membedakan mana wakil terbaik mana yang tidak, calon yang bisa mengeksekusi keputusan yang dijanjikan dan barisan pembual. Sesuatu yang positif dalam kaitan dengan masyarakat demokrasi dan merupakan pintu masuk yang bagus bagi fasilitator dalam proses pendampingan.

Politik menjadi bahan yang seksi untuk dibicarakan. Namun tidak berdampak bagi keberlangsungan hidup petani. Pada akhirnya apa yang dibicarakan hanya menjadi bahan pembicaraan, tidak lebih!!!

Kalau demikian mengapa petani harus antusias berbicara politik. Lebih baik berhenti bicara politik!!! Ada tiga alasan petani mesti  berhenti berbicara politik:

Pertama, Bicara politik hanya untuk membuang-buang waktu produktif. Saking seksinya isu politik petani akan membahasnya sampai berjam-jam. Tidak ada habisnya. Ulasan dari berbagai sudut pandang akan disajikan. Debat dan diskusi selalu mewarnai. Pada titik itu, petani lupa bahwa ada banyak waktu yang terbuang begitu saja. Waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan hal-hal yang lebih produktif.

Kedua, tidak mungkin bicara politik dalam keadaan lapar. Bekerja sehari tentu akan menghasilkan pendapatan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk makan. Namun bicara politik sehari belum tentu bisa menghasilkan uang untuk beli kopi segelas, apalagi makan.

Ketiga, petani harus sadar bahwa mereka hanyalah alat untuk sebuah jabatan. Tidak dalam ranah untuk merendahkan para politisi dan para pejabat publik. Memang ada banyak politisi dan pejabat  tidak melupakan petani setelah menjabat namun ada banyak juga yang demikian. Bahkan kelompok pelupa jumlahnya lebih banyak dan secara membabi buta mempengaruhi petani.

Tiga hal ini mestinya menjadi alasan petani harus berhenti bicara politik. Mengutip Dahlan Iskan, kalaupun mau berbicara politik sekurang-kurangnya perut sudah tidak lapar lagi. Atau kalaupun harus bicara politik karena hak maka bicaralah hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan petani, membahas  wakil-wakil yang tidak mudah lupa dengan konstituen/petani.

Bahkan kalau boleh memilih, petani mesti memilih berhenti bicara  politik, lebih baik waktu dan energi yang ada dimanfaatkan untuk hal yang lebih produktif. Karena makan hari ini, pendapatan petani sangat tergantung pada usaha yang dilakukan hari ini. Sekali lagi stop bicara politik.

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE