Pertanian Tidak "Seksi" Bagi Pemuda

Pemuda di Desa Benteng Tawa
Saya pernah melakukan survei kecil-kecilan di Desa Benteng Tawa tentang minat pemuda dibidang pertanian. Dari 100 responden yang dimintai pendapat, hanya ada 5 persen pemuda yang mengaku tertarik pada sektor pertanian.

Itu artinya hanya ada lima orang pemuda yang tertarik pada sektor pertanian di Desa Benteng Tawa sedangkan lebihnya tertarik pada profesi lain seperti PNS/ASN 50 persen, ojek 5 persen, pegawai kantoran 20 persen sisanya 10 persen disektor wirausaha, profesional dan pilihan terburuk menjadi perantau.

Hasil survei ini juga mengambarkan bahwa memang pertanian sudah tidak seksi lagi. 95 persen pemuda yang tidak tertarik pada pertanian melihat pertanian sebagai sesuatu yang kotor, usaha yang tidak menguntungkan dan tidak mendapatkan akses pasar serta harga yang adil.

Bagi saya alasan yang disampaikan diatas lebih pada asumsi yang tingkat kebenarannya diragukan. Misalnya untuk alasan pertama petani identik dengan hal-hal kotor tidak sepenuhnya benar. Pada saat ini sudah ada banyak teknologi yang bisa dioptimalkan.

Teknologi ini tidak saja mempermudah dalam usaha pertanian namun juga membuat siapa saja yang terlibat dalam pertanian menjadi tidak terlalu berlumpur/kotor. Kalau misalnya pemuda masih saja berdalil pada hal ini mungkin bisa bergerak pada bisnis jual beli benih unggul, alat pertanian, pupuk dan penunjang kegiatan pertanian lainnya. Untuk bisnis jual beli ini pemuda tidak akan bersentuhan dengan lumpur di lahan-lahan pertanian. 

Sedangkan dalil kedua yang melihat aspek pertanian tidak menguntungkan merupakan bagian dari cara pandang lama masyarakat kebanyakan. Dulu memang bisnis di bidang pertanian tidak menguntungkan hanya bisa untuk pulang pokok saja. Ada dua alasan yang menyebabkan hal tersebut pertama belum ada proses analisa usaha tani dan penerapan teknologi yang minim.


Pada saat ini sudah ada banyak petugas penyuluhan pertanian (PPL) yang siap mendampingi petani dalam analisa usaha tani. Tahap ini sangat penting sehingga semua pelaku bisnis pertanian bisa mengukur keuntungan dari usaha tersebut. Kalau tidak untung bisa diputuskan pada tahap ini agar tidak melanjutkan usaha di bidang pertanian tersebut. Pengalaman saya dengan PPL melakukan analisa usaha tani semua usaha tani menguntungkan. Yang lebih membahagiakan, hasilnya bahkan lebih dari prakiraan dalam analisa usaha tani.

PPL juga membantu petani dalam peningkatan kapasitas dan pemanfaatan teknologi tepat guna. Dua hal ini menjadi jaminan usaha pertanian saat ini akan membawa keuntungan.

Sedangkan soal pasar yang adil untuk harga yang menguntungkan juga merupakan soal muda pada saat ini. Apalagi dibicara dalam era otonomi desa. Melalui badan usaha milik desa masalah ini bisa diatasi. Badan usaha milik desa bisa menjadi pembeli hasil pertanian sekaligus menjadi penyeimbang harga.

Kalau demikian apakah pertanian masih menjadi hal yang tidak seksi bagi pemuda. Jawabannya akan sangat tergantung pada pemuda itu sendiri. Jangan-jangan cara pandangnya saja yang tidak bisa melihat pertanian sebagai sektor yang seksi.

Comments

  1. Benar sekali saat ini tidak hanya terjadi di waesaok saja pemuda yg tidak percaya lagi dg profesi sbg petani yg menopang kehidupan ekonominya tetapi telah menyabar di seentero will. NTT pd kususnya. Yg di lakukan saat ini hanya merubah cara pandang dg terus melakukan sosialisasi.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE