MALU MENJADI ORANG MISKIN

Pose bersama setelah diskusi "Sektor pertanian, peluang usaha baru" di Desa Benteng Tawa 1
Kalau ditanya pada masyarakat siapa yang miskin, maka jawabannya akan sangat tergantung pada konteks. Andai pertanyaan itu konteks kehidupan sehari-hari maka tidak ada seorangpun yang mengaku miskin. Bahkan setiap keluarga akan membela diri dengan sepenuh kekuatan bahwa mereka "tidak miskin". 

Tetapi kalau pertanyaan itu berasal dari aparat pemerintah, dimana akan berdampak pada pemberian bantuan, semua orang akan ramai-ramai menjadi miskin. Tidak jarang kompetisi terjadi dalam meyakinkan pengambil data agar keluarganya didahulukan mendapatkan bantuan. Bahkan ada oknum yang protes keras kepada pemerintah setempat kalau keluarganya tidak didahulukan. 

Dua fenomena ini paling sering dijumpai dalam masyarakat kalau lagi berbicara tentang kemiskinan.

Perbedaan jawaban antara pertanyaan pertama dan kedua sebenarnya mau menunjukan standar ganda masyarakat tentang kemiskinan. Ini berlaku untuk banyak hal. 

Bukan rahasia lagi kalau standar ganda menjadi kunci yang menjanjikan dalam memperoleh bantuan. Bisa dipastikan yang menerapkan standar ganda merupakan orang-orang yang tidak malu menjadi miskin. Mengaku miskin asal ada jaminan bahwa akan mendapatkan bantuan sebanyak mungkin.

Masyarakat yang masuk dalam kategori ini merupakan orang yang paling tidak konsisten dalam perjuangan untuk keluar dari garis kemiskinan. 


Mereka begitu berharap pada bantuan dari pihak luar tanpa menyadari bahwa masalah kemiskinan berasal dari dalam keluarganya. Dan mereka sendiri yang bisa mengatasi kemiskinan tersebut. 

Oleh sebab itu untuk mengatasi kemiskinan yang mesti dilakukan adalah membuat masyarakat malu dengan kemiskinan dulu. Kalau sudah malu maka  tidak ada bantuan sekalipun mereka akan berusaha untuk keluar dari kemiskinan. 

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE