73 TAHUN INDONESIA MERDEKA, PERJUANGAN MASIH TERUS DILAKUKAN

katakitaline

Tahun 2018 Indonesia genap berusia 73 tahun. Rakyat Indonesia merayakan kebebasan dari penjajahan Belanda dan Jepang.

Sebuah anugerah yang patut disyukuri, terkusus kepada para pejuang. Saat ini semua orang bisa bicara apa saja, berkumpul, berserikat menyatakan hak dan kewajiban dengan sebebas-bebasnya hanya karena ada jaminanan kemerdekaan.  Hasil perjuangan para pahlawan.

Selama 73 tahun Indonesia merdeka sudah ada banyak hal yang dilakukan. Banyak perubahan yang dirasakan. Semua kita tahu apa saja catatan keberhasilan tersebut juga hal-hal yang harus dibenahi.

Yang baik adalah keberhasilan bersama sebagai warga negara begitupun yang diperjuangkan mesti menjadi tanggung jawab bersama.

Tentang perjuangan untuk berbagai hal tersebut sebenarnya bukan merupakan hal baru. Bahkan sudah dari jauh-jauh hari Soekarno sudah menyampaikan itu. Bahwa kita masih akan terus berjuan dengan fokus yang berbeda. Kalau pada zaman dahulu para pahlawan berjuang untuk mengusir penjajah maka pada saat ini kita berjuang dengan sesama anak bangsa untuk mengatasi soal-soal kebangsaan.

Setidaknya ada dua hal yang akan terus diperjuangkan oleh semua anak bangsa diusia yang ke-73 ini.

Pertama, harga yang adil untuk tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat. Baik itu tanaman umur panjang maupun tanaman musiman. 

Harus diakui bahwa sudah 73 tahun masyarakat merasakan harga yang tidak adil. Mereka yang seharusnya berhak atas jerih payahnya namun diambil oleh tengkulak dan rantai pasar yang terlalu panjang.

Karena keterbatasan mereka akhirnya pasrah. Masyarakat rela menjual hasil jeripayanya walau dengan harga yang rendah. Jangan pernah bertanya kepada mereka berapa keuntungan yang diperoleh, pulang pokok saja mikir-mikir.

Ada baiknya pada perayaan HUT NKRI yang ke-73 ini semua anak bangsa harus bersepakat untuk menciptakan pasar yang adil. Tidak hanya pedagang yang untung, petani juga untung begitupun dengan semua pihak yang terlibat dalam rantai usaha tersebut.

Untuk itu semua pihak harus turun tangan. Memecahkan secara bersama persoalan ini. Pasar yang adil mesti segera disiapkan. Masyarakat harus mendapatkan yang setimpal dengan usahanya.

Kedua, masalah kemiskinan. Kemiskinan yang dimaksudkan bukan soal debat-debat kusir tentang data penurunan angka kemiskinan atau soal data mana yang paling benar dijadikan acuan. Yang ini mesti kita singkirkan karena hanya menghabiskan energi.

Yang harus kita lihat dalam konteks perjuangan terhadap kemiskinan adalah optimalisasi terhadap upaya penanganan kemiskinan. Langkah-langkah praktis menangani. Kalau soal upaya pemerintah melalui berbagai bantuan harus kita akui bukan hal baru. Sudah klasik. Bahkan ada kecendrungan, sikap ketergantungan. 

"Ah tidak usah kerja, palingan ada bantuan dari pemerintah lagi".


Yang mesti didorong, tidak saja oleh pemerintah, tapi oleh semua pihak yang konsen dengan kemiskinan adalah mental tidak "jadi pengemis". Membuat mereka sadar dengan masalah yang sedang dialami, selanjutnya melihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa dioptimalkan agar bisa keluar dari kemiskinan. Dengan demikian masyarakat tau cara untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, tidak dengan berharap pada bantuan. Atau apapun jenisnya.

Dua hal ini merupakan refleksi dari kemerdekaan Indonesia yang ke-73 versi fasilitator aktivis. Dua hal yang kalau semua anak bangsa bergandengan tangan untuk mengatasi, maka 2019 kita akan berjuang untuk hal yang lain.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE-73. MARI SAMA-SAMA BERJUANG UNTUK BANGSA YANG SEJAHTERA. 

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE