Handphone KPM



Dokpri: KPM PKH Wolomeze II

Beberapa hari lalu saya mendapatkan informasi dari Kordinator Program Keluarga Harapan (PKH) kabupaten Ngada untuk melakukan sosialisasi Perubahan Kebijakan Bantuan Sosial PKH pada masa Covid-19. Tugas yang harus saya selesaikan dalam waktu dekat sebagai pendamping keluarga harapan, dalam bayang-bayang pandemi Covid-19.

Tentu sangat tidak ideal untuk turun ke lapangan, mengumpulkan Keluarga Penerimaan Manfaat (KPM) dan menyampaikan perubahan kebijakan tersebut. Selain karena melanggar himbauan work from home, juga pertimbangan resiko.

Dalam kondisi sekarang, NTT kembali berstatus zona merah. Pasien terus bertambah walau grafiknya bergerak pelan, semua orang perlu lebih waspada lagi.

Apalagi NTT cukup minim ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendeteksi Covid-19, dan merawatnya. Semua harus waspada, termasuk saya. Jangan sampai saya yang menularkan, atau sebaliknya; jangan-jangan saya ditularkan.

Apalagi mereka yang akan saya kunjungi umumnya adalah kelompok yang profesi utamanya sebagai petani. Sejujurnya, para petani juga termasuk kelompok yang rentan covid-19, sebab mereka selalu beraktivitas dalam kelompok-kelompok besar dalam komunitasnya. Penularan akan sangat cepat kalau sudah ada individu yang positif Covid-19.

Itulah pertimbangannya, yang kemudian mendorong saya untuk memutuskan, melakukan sosialisasi Perubahan Kebijakan Bantuan PKH menggunakan teknologi, handphone. Tetapi, saya sadari, keputusan ini tidak serta merta akan berjalan mulus.

Bagi yang belum tahu, lokasi dampingan saya letaknya di ujung barat kabupaten Ngada, tepatnya Kecamatan Riung Barat; dengan sepuluh desa didalamnya.

Sebuah kecamatan yang boleh dibilang masih sangat terbatas dalam banyak hal. Kecamatan ini mungkin satu-satunya kecamatan di Kabupaten Ngada yang sampai dengan tahun 2020 belum ada aliran listrik dari PLN.


Sampai  dengan  tulisan  ini  dibuat  (Mei  2020)  baru  ada  tiga  desa  yang  "rencananya"  akan dipasang jaringan listrik. Sejak Januari 2020 memang sudah ada tiang listrik yang mulai ditancapkan sepanjang jalan menuju ketiga desa tersebut, semoga secepatnya terealisasi.

Selain listrik, fasilitas pendukung utama kegiatan sosialisasi melalui handphone adalah ketersediaan jaringan telekomunikasi, sinyal.

Di kecamatan Riung Barat sudah ada tower sinyal handphone. Dari pemancar ini, sinyal bisa menjangkau beberapa desa. Namun pancaran sinyal dari tower ini sudah banyak dimaklumi oleh masyarakat setempat.

Ketika ada pancaran sinyal, pengguna boleh bersyukur; begitupun sebaliknya, harus tetap bersyukur. Sudah menjadi perihal biasa jika sang tower tidak dapat memancarkan sinyal hingga berhari-hari lamanya. Masyarakat hanya bisa "harap-maklum".

Tidak heran kalau handphone yang digunakan masyarakat di kecamatan Riung Barat,   beralih dari fungsi utamanya, yaitu sekedar untuk menyetel musik. Itulah hiburan untuk masyarakat yang sudah lama hidup dalam keterbatasan.

Akan tetapi, menanggapi tugas tersebut, saya sudah mantap dengan pilihan; saya harus menghubungi mereka menggunakan telepon demi mensosialisasikan perubahan kebijakan.

Menyadari bahwa tidak semua anggota KPM memiliki handphone, maka saya berkoordinasi dengan ketua-ketua kelompok (kebetulan mereka memiliki handphone) untuk mengumpulkan anggota-anggotanya di  sebuah  tempat,  minimal  ditempat  yang  ada sinyalnya. Setelah  KPM terkumpul,  saya  menelepon  dan  menyampaikan  perubahan  kebijakan  bantuan  PKH  masa pandemi Covid-19 alias sosialisasi.

Agar KPM bisa mendengarkan suara saya di telepon dengan jelas, saya meminta ketua kelompok

(pemilik handphone) untuk menyetel suara dengan volume yang paling besar.


Saya sendiri tidak terlalu yakin, pesan yang akan saya sampaikan akan  terserap oleh mereka 100 persen. Ya, minimal mereka memiliki gambaran ringkas tentang perubahan-perubahan kebijakan tersebut.


Dengan begitu, selama percakapan berlangsung, saya berusaha menyampaikan secara perlahan, dengan  bahasa  yang  sedemikian  sederhana.  Biasanya,  saya  menyertakan  penjelasan  dalam bahasa daerah setempat, agar para KPM dengan mudah menangkap inti pembicaraan.

***


Sebenarnya tidak hanya urusan sosialisasi perubahan kebijakan, saya pun manfaatkan handphone untuk beberapa hal lainnya selama bekerja. Bahkan kini, penggunaan handphone semakin intens semenjak diberlakukannya kebijakan social distancing; dimana pemerintah mewajibkan semua pihak untuk bekerja dari rumah.

Sudah  banyak  kegiatan  yang  dilakukan,  mulai  dari  koordinasi  untuk  melakukan  pencairan bantuan PKH setiap tahapannya, juga urusan administrasi, seperti pembuatan surat keterangan untuk mengaktifkan kembali kartu ATM yang sebelumnya terblokir atau rusak. Tentu, ini adalah hal biasa bagi teman-teman di Kecamatan lain atau masyarakat umumnya; mereka yang sudah akrab  dengan  sarana  telekomunikasi  seperti  ini,  penggunaan  handphone  termasuk  dengan berbagai aplikasi pendukung di dalamnya.

Dalam kondisi yang terbatas ini, saya memanfaatkan betul beberapa anggota kelompok yang kebetulan sudah cukup akrab dengan handphone. Melalui merekalah, saya menjalankan tugas lebih  efektif  di  masa  pandemi.  Saya  dapat  berkomunikasi  dengan  mereka  lewat  panggilan telepon, SMS dan bahkan chatting melalui WhatsApp.

Teruntuk  beberapa  KPM  yang  juga  pengguna  WhatsApp,  saya  dapat  berkomunikasi  secara intens demi menjembatani kebutuhan KPM; seperti mengirimi mereka surat keterangan.

Dalam kondisi work from home saya juga dibantu oleh adik-adik, pelajar SMA dan mahasiswa yang  sedang  "pulang  kampung".  Mereka  turut  andil  dalam  membantu  saya  berkomunikasi dengan para KPM. Saya kerapkali menghubungi mereka untuk mengirimkan beberapa data yang dibutuhkan oleh Keluarga Penerimaan Manfaat. Lewat mereka yang melek penggunaan handphone, komunikasi menjadi mudah, pun koordinasi dan pekerjaan saya terbantu.

Saya menyadari, ini lompatan besar bagi para KPM yang terbiasa berkomunikasi secara tatap muka. Tetapi kondisi pandemi covid-19 memaksa kami, pendamping  PKH begitupun KPM


PKH; untuk berkomunikasi dengan cara baru, memanfaatkan teknologi. Inilah lompatan baru yang harus kita jalankan.

Lompatan yang paling aman untuk memutus mata rantai dan mencegah penyebaran Covid-19 di

Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada bahkan Nusa Tenggara Timur.



Krispianus Longan 

SDM PKH Riung Barat 






Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE