Anak-anak Petani

Sudah satu bulan lebih mereka tidak mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Mereka kini ada bersama dengan orangtua di sawah dan ladang untuk bekerja. 

Anak-anak itu sebenarnya harus belajar dari rumah. Itu kebijakan yang sedang dijalankan pemerintah, Study from home. Anak-anak sekolah belajar dari rumah masing-masing. 

Rupanya kebijakan tersebut tidak berlaku untuk anak-anak petani. Yang berlaku adalah mereka harus berada di sawah dan ladang, bekerja dari pagi sampai sore hari.

Nasib anak-anak tani siapa peduli! Pendidikan mereka, siapa peduli! Untuk apa mereka berada di rumah? Apa yang harus dipelajari di rumah? Siapa yang harus mendampingi mereka? Ah, buang-buang waktu saja. Pilihan yang tidak masuk diakal. 

Hanya orangtualah yang paling tahu nasib mereka. Mereka harus mengikuti kehendak orang tuanya. Saat ini orangtua tidak ada waktu untuk tinggal di rumah. Harus ke sawah dan ladang untuk memanen padi.   

Padi adalah sumber utama pendapatan mereka. Sumber makanan. "Kalau tidak ke sawah atau ladang maka dari mana sumber pendapatan?". "Mau makan apa anak-anak ini, esok dan lusa?". Begitulah kebanyakan orangtua (petani) menyikapinya.

Orangtua memang tidak memiliki banyak pilihan. Apalagi anak. Pilihannya ya turun ke sawah dan ladang. "Ini untuk kelangsungan hidup kami. Kami harus melakukannya untuk bertahan hidup", kata seorang pak tani. 

Apakah hak anak-abak ini terabaikan? Sudah pasti! Apakah mereka menyadari itu? Tidak ada yang tahu! Yang ada, mereka selalu diajarkan untuk patuh kepada orangtuanya bukan berdiskusi mengenai mengapa harus patuh.

Entahlah. Yang pasti anak-anak ini adalah potret masa depan. Mereka adalah masa depan pertanian, masa depan desa dan masa depan bangsa.

Krispianus Longan. 

#stayhome #studyfromhome #socialdistancing #pkh #petanque

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE