New Normal

(Serial Ahmad 12)

Dokpri: KPM PKH Desa Wolomeze II

Sekelompok orang berdiskusi tentang hal yang asing ditelinganya, new normal. Mereka berdiskusi di Bank, tempat Ahmad mengambil bantuan kemarin. 

Mereka ini datang dari kelas yang berbeda. Menggunakan pakaian yang bagus, sepatu yang tidak pernah terlihat jual di pasar desa. Ditambah ransel yang dikenakan, mungkin senilai bantuan untuk sepuluh orang. 

Dari Penampilan, terlihat mereka kaum terdidik. Wajar kalau bahan diskusinya hanya dimengerti oleh sesama mereka sendiri. Kehadiran mereka sangat menarik perhatian orang desa yang baru sesekali ke kota.  

Walau lebih banyak tidak memahami yang didiskusikan, diam-diam Ahmad menguping diskusi tersebut. 

Tidak semua sepakat dengan new normal. Yang tidak setuju khawatir akan serangan pandemi tahap 2. Mereka merujuk pada peristiwa flu Spanyol 1918. Sejarah memang mencatat, wabah susulan di negeri dengan julukan Matador memang lebih berbahaya, memakan korban lebih besar. 

Kelompok yang sepakat dengan new normal juga punya pertimbangan yang tidak kalah menarik. Pembatasan sosial berskala Kabupaten yang bertujuan mencegah penyebaran pandemi corona, ternyata juga berdampak secara ekonomi. 

Pembatasan pergerakan manusia menyebabkan pergerakan uang, barang dan jasa menjadi lambat, bahkan tidak ada. Ekonomi menjadi korban. 

Banyak orang yang kehilangan pekerjaan tetap. Mereka berkisah tentang teman-temannya yang harus dirumahkan dan di-PHK. Sebenarnya Ahmad ingin protes dengan alasan tersebut. Tidak sepenuhnya benar,  buktinya petani di desa aman-aman saja. Ahmad membatalkan niatnya, dalam hati ia berpikir, begitu rapuhnya mereka yang terpelajar ini. Sungguh pendidikan dan penampilan tidak berbanding lurus dengan ketahanan ekonomi. 

Lama mereka berdebat, kemudian sampai pada titik terang bahwa kesehatan itu penting dan ekonomi juga tak kalah penting. Kesehatan dan ekonomi akan sangat tergantung pada tindakan mereka sendiri. 

Mereka memutuskan untuk menjalankan dua hal tersebut: bekerja sambil menjaga  kesehatan masing-masing. 

Mereka mesti bekerja lagi dengan selalu menggunakan masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak. Mungkin itu inti dari new normal yang mereka maksudkan. 

Ah, kalau begitu sederhana sekali pikir Ahmad. Dasar orang terpelajar suka sekali memakai bahasa langit untuk hal sederhana. Kalau tahu dari awalkan saya bisa terlibat diskusi juga, lumayan menambah stok bahasa langit.

Krispianus Longan 
SDM PKH Riung Barat

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE