Berlabuh di Kios

(Ahmad seri ke-11)


"Ahmad, besok kita berangkat ke Bank, bantuan sudah masuk. Sudah bisa pencarian!" Marta, ketua kelompok penerima bantuan di BT menyampaikan informasi itu sore tadi.

Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu datang juga. Bantuan untuk bulan ini sudah masuk. Syukurlah, ada dana untuk menunjang kebutuhan bulan ini. 

Ahmad sudah mempersiapkan diri sejak subuh besoknya. Ia bergabung bersama sebagian besar rombongan berangkat mengunakan taxi. Pilihan yang paling terjangkau bagi masyarakat di BT. Bersama dengan mereka, ada sebagian penerima bantuan memilih transportasi ojek. Tentu pilihan yang sangat boros, pikir Ahmad. 

Dengan taxi mereka hanya membayar Rp.40.000,- untuk biaya pergi pulang, sedangkan dengan ojek harus membayar Rp.100.000,-. Belum lagi harus menanggung biaya makan tukang ojek. Semua itu akan bersandar pada uang bantuan. Bisa dibayangkan kalau mereka mendapat bantuan senilai Rp.600.000,- apabila dikurangi sewa ojek dan biaya makan sebesar Rp.150.000,- mereka hanya membawa pulang bantuan sebesar Rp.450.000,- saja.

Kelompok ini sudah sering melakukan demikian. Ahmad hafal betul kelakuan orang-orang tersebut. Tetapi, tidak mungkin ia sampaikan hal tersebut secara langsung, bisa menyebabkan ketersinggungan. 

Setibanya di Bank, mereka antri mengambil bantuan. Tidak butuh waktu lama untuk mencairkan semua bantuan. 

Beberapa saat setelah bantuan sampai ditangan masing-masing, Ahmad melihat semangat konsumtif dalam diri orang-orang desa tersebut. Mereka semua bergerak menuju kios-kios terdekat, juga warung-warung makan terdekat. Kelihatan bersemangat untuk menghabiskan rupiah-demi rupiah bantuan pemerintah. 

Ada yang membeli baju baru untuk hari raya, sebagian malah membeli moke. Mereka minum dan mabuk disitu dengan uang bantuan untuk keluarga miskin. Dalam kondisi hilang kendali tersebut tidak jarang muncul celetuk "uang kaget, tidak baik disimpan lama".

Begitulah kelakuan orang miskin, dapat bantuan sedikit, langsung berubah menjadi sangat konsumtif. Pengeluaran yang tidak perlu, pikir Ahmad. Ah sudahlah saatnya urus diri masing-masing. Paling tidak saya bisa belajar dari mereka.

Krispianus Longan 
SDM PKH RIMBA

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE