Sekolah yang Mendamaikan (1)

"Cara terbaik untuk mendamaikan masyarakat yang konflik berkepanjangan adalah membangun sekolah". 

Gambar:Irvannugi
Tahun 2000, saat masih kelas dua sekolah dasar, kami pernah mengalami ketakutan yang bersifat masal. Ketakutan ini dialami oleh hampir semua anak-anak dan ibu-ibu yang ada di dusun Waesaok, Desa Benteng Tawa. 

Itu terjadi disuatu sore menjelang malam. Tiba-tiba saja ada desas-desus dari mulut ke mulut, entah disampaikan oleh siapa, yang menyatakan bahwa: masyarakat desa Uluwae/Alowulan akan melakukan penyerangan terhadap masyarakat dusun Waesaok, Desa Benteng Tawa. 

Malam itu juga, hampir semua anak-anak dan ibu-ibu mengungsi ketempat yang dianggap aman. Di pinggir kali, di kampung tetangga, dan disemua tempat yang dianggap bisa menyelamatkan diri. 

Malam itu selain bapak dan kakak laki-laki tertua, kami mengungsi ke arah barat bersama tetangga. Melewati sungai perbatasan antara Kabupaten Ngada dan Manggarai, menuju ke kampung Wongkoledu.

Untuk anak se-usia SD, malam pelarian itu merupakan malam yang paling mencekam. Perasaan campur aduk. Apa yang terjadi kalau benar terjadi penyerangan yang akan berakibat pada pembunuhan atau pembakaran? Akankah keluargaku bisa berkumpul kembali esok pagi dalam jumlah yang masih lengkap? Pertanyaan-pertanyaan ini berusaha saya cerna dalam pelarian yang tidak pasti tersebut.

Kami tiba disebuah pondok milik sepupu jauh mama yang berlokasi di Manggarai. Pondok yang berukuran kecil yang biasa digunakan oleh pemilik untuk beristirahat pada saat kerja dikebun akhirnya digunakan untuk menumpang rombongan pelarian malam itu. 

Malam itu terasa panjang. Saya masih terus memikirkan kejadian-kejadian yang baru saja terjadi beberapa jam belakangan. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiran saya. 

***

Belakangan baru saya tahu bahwa desas-desus yang sama juga terjadi di Desa Uluwae/Alowulan. Mereka juga melakukan pelarian yang sama. 

Sama halnya seperti kami yang berusaha untuk menyelamatkan diri. Mereka bergerak menuju ke lokasi yang dianggap aman. 

Bersyukur bahwa kejadian tersebut hanya desas-desus saja, sehingga tidak terjadi penyerangan yang bisa berakibat fatal.

Saya dan banyak orang lainnya sangat berterimakasih bahwa keesokan harinya, kami bisa berkumpul kembali dengan keluarga masing-masing dalam keadaan lengkap. Tidak kurang satupun. 

Peristiwa tersebut merupakan bagian dari klaim tanah garapan yang berlanjut pada sengketa batas desa antara Desa Uluwae dan Desa Benteng Tawa pada masa itu.

*** 

Pada artikel berikutnya saya akan uraikan konflik batas desanya dan bagaimana upaya mengatasi persoalan tersebut melalui "persehatian batas". 

Bagi saya, semua tidak lepas dari peran sebuah lembaga pendidikan, SMPN 2 Riung.

Krispianus Longan
#batasdesa
#desa
#pkh

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE