PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Pendamping PKH Ngada saat RAKOR

Dalam sesi evaluasi di Dinas Sosial Kabupaten Ngada baru-baru ini sahabat saya Henro bercerita tentang kendala pendampingan. "Masyarakat cepat bosan dalam kegiatan pertemuan". Padahal lanjut Hendro, yang sedang dibahas adalah poin penting dalam upaya penanganan kemiskinan dialami. Ini merupakan kendala yang tidak saja dialami oleh sahabat saya namun juga dialami oleh siapa saja yang berprofesi sebagai fasilitator. Dalam ilmu pendampingan masyarakat kendala tersebut berkaitan dengan kegagalan memahami  pendidikan orang dewasa (POD). 

Fenomena tidak memahami pendidikan orang dewasa tentu berkaitan dengan seorang fasilitator/pendamping. Karena tugas kita sebagai pendamping kita merasa paling benar. Dengan demikian pola pendampingan yang diterapkan bersifat monoton. Pendamping menjadi orang yang paling dominan dalam sesi pertemuan. Lupa bahwa kita lagi pertemuan dengan banyak orang dan membutuhkan partisipasi masyarakat. Kalau mau jujur kadang-kadang kita terjebak dalam hal ini. 

Kalau situasinya demikian terus dibiarkan maka bisa dipastikan dalam satu jam sesi pertemuan, peserta pertemuan akan segera hadir meninggalkan pertemuan dengan berbagai alasan. Untuk sesi pertemuan berikutnya yang hadir mungkin hanya satu dua orang saja.

Maka dari itu, hal tersebut perlu diantisipasi. Sebagai pendamping/fasilitator kita mesti memahami konsep pendidikan orang dewasa. Bagaimana cara orang dewasa belajar bersama, termasuk dalam terlibat dalam pertemuan seperti ini. 

Masyarakat sebagai orang dewasa yang terlibat dalam pertemuan tidak datang dalam keadaan tidak tahu. Seterbatas apapun mereka pasti memiliki pengetahuan. Baik diperoleh dari pengalaman selama hidup mereka sendiri maupun karena perjumpaan dengan orang lain. Pendamping mesti menyadari hal ini. 

Dengan demikian pendampingan, wajib untuk mendengarkan apa kata masyarakat dalam sesi pertemuan. Bila perlu seorang fasilitator/pendamping hanya berperan sebagai pendorong masyarakat supaya bisa mengambil keputusan terhadap persoalan kemiskinan dialami. 

Mesyarakat tidak menganggap pendamping (SOTA) sok tau. Masyarakat juga akan lebih antusias dalam mengikuti pertemuan, berdebat dan menentukan keputusan yang akan diambil. Masyarakat juga akan dengan penuh kesadaran menjalankan keputusan tersebut. Bukan karena takut pendamping. 

Ini yang disebut sebagai pendidikan orang dewasa dalam proses pendampingan. Pendamping tidak perlu merasa paling pintar, dan masyarakat dijadikan objek. Pendamping memberikan ruang yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dalam membuat keputusan. Apalagi keputusan itu berkaitan dengan masalah yang masyarakat hadapi. 

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE