BERAS MEMBUAT PETANI TIDAK BISA BERHARAP BANYAK

Petani Sawah sedang menanam padi di Benteng Tawa 
Beras merupakan pangan utama masyarakat. Kalau bertanya pada masyarakat tentang jenis pangan maka beras adalah jawaban yang menempati urutan pertama, setelah itu baru tanaman lain seperti: jagung, sorgum dan ubi-ubian.
Sebenarnya bukan merupakan hal baru. Dorongan untuk mengkonsumsi beras sebagai pangan utama memang sudah berlangsung lama. Saat ini merupakan puncaknya, sehingga apabila cadangan beras sudah berkurang maka akan muncul opini masyarakat darurat pangan.
Saking tergantunnya masyarakat pada beras, pemerintah selalu berupaya agar stok beras selalu terjaga, termasuk dengan mendatangkannya dari negara lain.
Sebagai pangan utama, masyarakat (petani) juga terlibat dalam upaya untuk menyediakan beras. Petani membudidayakan padi. Dari hasil budidaya tanaman padi ini kemudian akan menghasilkan beras.
Sebagai petani ada sebuah credo yang paling sering diungkapkan yaitu hasil pertanian berupa beras belum bisa membuat petani berharap banyak.
Beras belum bisa mencukupi kebutuhan petani. Apalagi bagi petani yang hanya bergantung pada hasil padi. Dari sisi harga bukan rahasia lagi kalau beras yang dibeli dari masyarakat selalu lebih murah. Begitupula dengan produktivitas yang rendah, sedangkan dari sisi biaya produksi sangat tinggi. Butuh biaya yang cukup besar dalam setiap kilogram beras yang dihasilkan.
Ini tantangan bagi petani padi/beras. Ada beberapa hal yang bisa diperbaiki agar petani bisa berharap banyak dengan beras. Pertama, petani beras butuh sebuah wadah yang bisa memodali mereka dalam mengatasi biaya produksi yang tinggi dan mengatasi harga yang rendah. Dalam skala lokal BUMDES bisa didorong untuk mengambil posisi ini. Kedua, perlu ada disversifikasi tanaman selain padi sehingga petani tidak menjual padi/beras saat harga rendah.

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE