PERSONAL BRANDING

Wikipedia mendefinisikan personal branding sebagai upaya berkelanjutan untuk menetapkan gambar dan kesan yang ditentukan dalam pikiran orang lain tentang seorang individu. Secara sederhananya persoalan branding dapat didefinisikan sebagai upaya menjual diri dengan ciri tertentu (khas) agar orang lain mudah mengingatnya.
Fenomena orang menciptakan personal branding semakin nampak akhir-akhir ini. Tentu saja berkaitan dengan momentum pilkada serentak 2018 dan pemilihan umum 2019.
Anda pasti bisa menangkap siapa saja yang saya maksudkan menciptakan personal branding itu, tentu mereka yang memiliki kepentingan dengan kedua hajatan besar tersebut.
Ini merupakan hal yang biasa bagi kita yang hidup dalam negara demokrasi. Bahkan semua orang bisa melakukan personal branding tersebut.
Terlepas dari hal tersebut saya malah menyayangkan hal tersebut, bukannya skeptis tapi kesan yang diperoleh seolah tidak kuat. Ibarat jamur yang tumbuh dengan subur pada musim hujan maka personal branding ini hanya subur pada musim pemilu, mungkin untuk mencari simpati.
Dugaan ini memang bukan tanpa alasan, fakta memang sudah banyak mencatat bahwa tindakan seperti ini akan menghasilkan pemimpin yang lupa rakyat/konstituen.
Mereka baru akan mengingat lagi konstituen pada saat mendekati momentum yang sama. Tipe yang seperti ini jangan pernah kita menagih janji karena pasti tidak akan tercapai.
Lantas apakah saya tidak setuju dengan personal branding. Tentu saja tidak. Saya juga sepakat dengan personal branding. Namun ada satu hal yang perlu saya ingatkan, kebetulan ini yang kebanyakan dilupa oleh orang yang melakukan personal branding. Mereka harus terus sesuai dengan brand yang mereka bangun. Jangan sampai ketika belum terpilih anda menyampaikan sebagai orang yang jujur tapi setelah terpilih malah menjadi bagian dari tindakan korupsi.

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE