CARA MERAYAKAN KELULUSAN YANG KELIRU

Hari ini (3 Mei 2018) merupakan momen sangat berarti bagi siswa-siswi kelas XII. Perjuangan mereka selama tiga tahun mengenyam pendidikan dibangku Sekolah Menengah Atas akan diketahui pada hari ini.
Hari ini mereka mengetahui berita kelulusan mengikuti ujian nasional. Ekspresi bahagia tentu saja tampak diwajah para pelajar.
Ada beragam cara merayakan kelulusan ini. Ada yang mempersembahkan dalam doa, ada juga yang membagi kebahagiaan ini di media sosial. Ada juga yang merayakannya dengan cara yang salah yaitu mencoret seragam sekolah.
Kalau kita bertanya apa alasannya maka mereka akan menjawab bahwa "seragam ini tidak akan digunakan". Karenanya mereka berhak mengunakan untuk kepentingan apa saja termasuk mencoretnya.
Padahal baju seragam tersebut masih sangat layak untuk digunakan oleh orang lain yang membutuhkannya. Oknum yang melakukan ini juga tidak pernah berpikir bahwa orangtua begitu susah mencari rupiah demi rupiah untuk seragam yang mereka coret.
Kesalahan dalam mengekspresikan hari kelulusan ini mengingatkan saya pada kritik Paulo Freire tentang pendidikan "gaya bank". Pendidikan yang tidak menempatkan siswa sebagai subjek melainkan sebagai objek.
Dalam pendidikan model ini siswa tidak terbiasa untuk berpikir kritis terhadap segala sesuatu. Tindakan yang dilakukan hanya ikut ramai.
Pelajar yang melakukan coret-coret diseragam sekolah adalah produk dari pendidikan gaya bank. Mereka tidak terbiasa untuk berpikir tentang dampak dari tindakan yang dilakukan. Termasuk memikirkan kerugian dari mencoret seragam sekolah.
Dalam konteks tindakan yang sesederhana ini saja mereka sangat payah apalagi untuk hal yang lebih besar. Saya cukup pesimis.

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE