BUMI MANUSIA

(Melawan dengan Menulis)
Rencana Hanung Bramantyo untuk memfilmkan roman Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia mendapat berbagai respon pro kontra dalam masyarakat.
Ada berbagai pihak yang merasa tidak puas dengan berbagai karya yang pernah di buat Hanung sebelumnya. Sosok sutradara ini juga di kewatirkan tidak bisa mengangkat pesan sesungguhnya yang mau disampaikan Pramoedya dalam Bumi Manusia.
Pro kontra juga berpusat pada Iqbal Ramdan yang memerankan sosok Minke (tokoh utama) siswa H.B.S., Surabaya. Iqbal dinilai tidak pantas memerankan Minke penulis muda cerdas.
Terlepas dari pro dan kontra mengenai hal ini, saya tidak akan membahasnya. Pada tulisan ini saya akan membahas dari sisi pembaca Bumi Manusia.
Bumi manusia adalah sebuah perjuangan terhadap imperialisme kolonial di Indonesia pada zaman penjajahan.
Perjuangan ini didasarkan pada berbagai situasi sosial yang merupakan bentukan dari penjajah. Mulai dari sistem kelas dalam masyarakat, sistem pemerintahan, pendidikan serta hak dan kewajiban.
Berbagai hal ini dikisahkan Pram dengan balutan kisah cinta Minke dan Annelies. Minke mewakili pribumi, Annelies mewakili kaum Indo (hasil perkawinan Eropa dan Pribumi). Kisah cinta ini tumbuh dan berkembang di Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dari Belanda. Kisah cinta yang hidup dalam wilayah hukum penjajah.
Hukum Belanda tidak memberi akses kepada semua kelas khususnya pribumi untuk bisa sekolah kecuali putra dan putri pejabat. Bersyukur Minke adalah anak seorang Bupati.
Sebagai orang yang diberikan kesempatan untuk bisa belajar Minke mengetahui bahwa sistem sosial bentukan penjajah ini tidak adil. Lebih fatal lagi perlakuan tidak adil ini juga ditunjukan oleh sesama pribumi yang kebetulan mendapatkan jabatan. Dalam bidang pemerintahan juga demikian, praktek pengadilan yang lebih menguntungkan kaum penjajah merupakan sebuah keadaan yang paling tidak bisa dilawan. Begitupula dalam hal penguasaan tanah yang menjadikan pribumi hanya sebagai kuli.
Pada saat itu memang belum banyak orang yang menyadari ketidak adilan kecuali mereka yang mendapat kesempatan bersekolah. Sebagian pribumi yang sudah sadar bukan tidak bisa melawan, mereka mampu untuk melawan namun gerakan itu masih sangat lemah.
Sebagai pelajar Minke memilih jalur perlawanan dengan menulis. Walau pada akhirnya dia harus kalah, tetapi perjuangan ini telah menyadarkan pribumi akan gerakan nasional melawan penjajahan.
Gerakan melawan melalui menulis adalah pilihan terbaik. Ini dilukiskan Pram dalam penutup roman bumi manusia " Kita telah melawan, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya".
KK300518

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE