PKH DAN MOTIF - MOTIF EKONOMI

Sejak tahun 2007 Program Keluarga Harapan sudah mulai di jalankan di Indonesia. Program yang menitik beratkan pada pemberian bantuan tunai bersyarat ini awalnya banyak dilihat sebelah mata oleh beberapa pihak.
Dokpri
Komentar seperti "PKH hanya menciptakan ketergantungan dalam masyarakat" adalah hal biasa yang paling sering terdengar.
Tentu saja kalangan yang memberikan komentar negatif ini bukan tanpa alasan. Mereka bercermin pada kegagalan program pemberian bantuan dana yang lalu, misalnya: kegagalan program Inpres Desa Tertinggal, Bantuan Langsung Tunai dan berbagai program lainnya.
Untuk kasus kegagalan program IDT maupun program BLT tentu harus diakui secara bersama. Namun bukan berarti mengeneral kegagalan tersebut sebagai kegagalan PKH juga.
PKH dalam pelaksanaannya malah sudah belajar dari hal-hal tersebut. Ada beberapa inovasi dalam rangka mengantisipasi kegag
alan tersebut.
Penyaluran secara non tunai, alokasi dana untuk belanja pendidikan, kesehatan maupun kesejahteraan sosial adalah startegi untuk mengantisipasi PKH tidak senasib dengan program-program gagal tersebut.
Selain itu itu penggunaan dana di PKH selalu diawasi secara berkala oleh pendamping PKH. Hal ini yang bisa memastikan PKH tidak sama dengan program lainnya.
Yang paling membedakan PKH dengan program lainnya adalah soal belanja bantuan PKH untuk untuk motif-motif ekonomi dalam masyarakat.
Ada geliat ekonomi baru yang mulai muncul dalam masyarakat. Walaupun belum banyak dan penyebarannya belum merata tetapi ada tanda-tanda positif akan perkembangan dari geliat ekonomi tersebut. Semoga geliat ekonomi yang muncul karena program PKH terus terjaga dan membuat masyarakat bisa keluar dari garis kemiskinan.

Comments

Popular posts from this blog

SDK Rupingmok

SDN Munting

SABANA OLAKILE