URGENSI SEKOLAH LAPANGAN PETANI
Kakao di Demplot Desa Mausambi |
Saat ini sekolah lapangan petani
menjadi salah satu tren dalam proses pendampingan masyarakat.
Hampir semua lembaga pandamping (NGO) menjadikan Farmer Field School (FFS) sebagai jembatan untuk menjalankan program
yang ada. Sebagai sebuah model dalam pendampingan masyarakat apakah pelaksanaan
FFS sangat efektif atau tidak? Jangan sampai ini FFS hanya alat untuk bisa
mengumpulkan masyarakat yang kemudian bisa menandatangani daftar hadir kegiatan
sebagai pertanggung jawaban pengunaan dana pada donator. Catatan gugatan
terhadap urgensi FFS ini semuanya berdasarkan pada perenungan yang dilakukan
oleh saya sebagai Master Trainer (MT)
dalam program SCPP.
Apa itu farmer field school?
FFS merupakan proses belajar
dalam program SCPP antara peserta program dan pendamping (MT). Dalam kegiatan
FFS peserta program akan mempelajari serta mempraktikkan informasi atau
pengetahuan yang peroleh dikebun.
Setelah proses penerapan dikebun
peserta program diminta untuk melakukan pengamatan terhadap hasilnya. Hasil
pengamatan kemudian dievaluasi pada kegaitan FFS berikutnya. Apabila hasilnya
sudah sesuai dengan informasi pada FFS sebelumnya maka petani
kemudian diminta untuk terus meningkatkan penerapat pengetahuan dan praktek
tersebut.
Dalam kegiatan FFS perbandingan
antara teori dan praktek adalah 40:60. 40 persen peserta akan mempelajari
materi selanjutnya mereka akan lebih banyak melakukan proses praktik materi
yang dipelajari tersebut.
Meletakan porsi praktik yang
lebih besar dengan tidak melupakan pemahaman materi adalah ciri dari kegiatan
FFS. Ini yang membedakan dengan kegiatan konvensional petani yang hanya
beorientasi pada praktik lapangan tanpa ada kegiatan penguatan pengetahuan dari
kegiatan yang dilakukan.
Inti dari kegiatan FFS adalah
meningkatkan kapasitas dan keterampilan dari peserta program melalui proses
belajar dan praktik.
SL kelompok Rangalaka I, Desa Rangalaka |
Master trainer dan key farmer
dan peranya?
Master trainer adalah staf
lapangan yang dilatih untuk mendampingi peserta program. Dalam proses
pelaksanaan program MT juga dibantu oleh Key
Farmer (KF) yang juga merupakan tenaga yang sudah dilatih dalam mendukung
program.
MT dan KF dalam pelaksanaan
program berperan sebagai fasilitator. MT menjembatani pengetahuan dan
keterampilan yang belum diketahui oleh peserta program dari informan, baik MT itu
sendiri, KF maupun dari petani-petani sukses lainnya. Dalam program SCPP MT dan
KF bukan merupakan satu-satunya sumber informasi. Semua peserta program adalah sumber informasi.
Karena merupakan jembatan informasi MT dan FT selalu menerapkan pembelajaran orang dewasa. Sebuah kegiatan belajar bersama dengan tidak adanya dominasi dari pihak-pihak tertentu.
Karena merupakan jembatan informasi MT dan FT selalu menerapkan pembelajaran orang dewasa. Sebuah kegiatan belajar bersama dengan tidak adanya dominasi dari pihak-pihak tertentu.
Pengerjaan rumah bibit di kelompok saate |
Bagaimana keberhasilan dari FFS
Kalau demikian bagaimanakah
keberhasilan dari FFS itu sendiri dan apa urgensinya? Tentu saja jawabanya sangat relatif dari
satu kelompok peserta program kekelompok peserta program yang lain. Tidak bagus
kalau kita menggeneralisir bahwa FFS semuanya berjalan dengan baik dan
berhasil. Begitupun sebaliknya memvonis bahwa kegiatan FFS sepenuhnya gagal.
Sebagai MT saya menemukannya bahwa
dalam pelaksanaan program SCPP. Ada sebagian peserta program begitu antusias
dengan kegiatan FFS. Mereka sangat bersemangat untuk proses belajar bersama melalui
kegiatan FFS. Peserta program tersebut kemudian menerapkan materi dan praktik
yang mereka peroleh dalam kegiatan FFS tersebut dikebun masing-masing.
Ada sebagian peserta program juga
yang tidak terlalu tertarik dengan kegiatan pembelajaran teori mereka lebih
suka lansung pada praktik lapangan. Begitupun sebaliknya ada peserta program
yang hanya tertarik dengan diskusi dan tidak terlalu bersemangat pada saat
kegiatan ptaktik. Tipe peserta program yang seperti ini biasanya akan
bermasalah pada kebun mereka.
Dua hal ini hemat saya yang bisa menjadi
pertimbangan urgensi FFS. Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa pendekatan
FFS sangat relatif. Namun karena ia merupakan sarana menuju perubahan pemahaman
dan praktik pertanian yang baik dari peserta program maka bisa digunakan sejauh
itu memang dibutuhkan.
Bersama KF dan anggota kelompok Tani Karya |
Yang paling penting justru
perubahannya bagi peserta program. Sehebat apapun model pendekatan dalam
pendampingan masyarakat atau kelompok kalau tidak ada perubahan maka percuma.
Untuk itu, pendekatan yang digunakan, apakah itu FFS atau yang lainnya bisa disesuaikan yang
penting perubahan itu nyata dalam masyarakat.
Comments
Post a Comment