JUJUR DENGAN DIRI DAN KELUARGA
Gambar:isigood |
Pada
hari ini saya mendapat telefon dari orangtua dikampung. Perasaan senang saya
alami karena bisa berbicara lagi dengan orangtua. Ini merupakan sebuah
kesempatan yang ditunggu-tunggu, hal ini disebabkan karena dikampung jaringan
untuk telefon agak susah.
Kami
bercerita banyak hal, orangtua menceritahkan semua hal dikampung mulai dari
kegiatan mereka yang terbaru sampai kegiatan bersama dilingkungan mereka. Saya
juga bercerita tentang pekerjaan saya sebagai sala salah satu pegawai swasta di
sebuah lembaga swadaya masyarakat.
Dari
pembicaraan yang ringan akhirnya sampai pada perbincangan yang cukup berat
yaitu mengenai kesulitan keuangan yang dialami oleh orangtua dalam membiayai
kedua adik. Untuk diketahui kedua adi saya ini sedang berada dilembaga
pendidikan. Yang satunya sedang berada dijenjang perguruan tinggi (PT) dan satu
berada ditingkatan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).
Kata
ibu mereka kesulitan dengan pembiayaan ini karena kedua adik saya ini mengenyam
pendidikan dilembaga swasta. Dimana-mana yang namanya lembaga swasta pasti
membutuhkan biaya mahal. Selain itu orangtua juga diperberat dengan biaya hidup
kedua adik, yang satu harus ngekost dan satu lagi harus tinggal diasrama
swasta.
Orangtua
jmemita saya membantu keuangan mereka untuk membiayai pendidikan adik-adik. Tentu
saja saya menyangupi permintaan orangtua ini. Saya berkomitmen untuk membantu
tetapi sesuai kemampuan. Saya akan membantu kalau saya merasabisa membantu
tetapi kalau tidak bisa maka tidak akan membantu.
Mendengar
peryataan demikian tentu saja orangtua cukup kaget (bersyukur tidak dikutuk
seperti Maling Kundang, wkwkwwk). Mereka lantas menanyakan mengapa saya
memnyampaikan peryataan demikian? Lalu saya katakana bahwa, saya harus jujur
dengan diri sendiri dan orangtua mengenai pendapatan dan pengeluaran bulanan
saya.
Saya
mengemukakan bahwa pendapatan yang diperoleh setiap bulannya sangat cukup untuk
membiayai semua kebutuhan. Namun kalau harus ditambah untuk post pengeluaran
yang baru maka harus berhitung kembali. Bukan berarti saya kikir dengan
adik-adik atau tidak mau membantu orangtua tetapi ini berkaitan langsung dengan
saya.
Post
pengeluaran baru ini mesti saya atur kembali dalam daftar pengeluaran bulanan. Dengan
demikian saya tidak mengorbankan diri sendiri, orangtua begitupun adik-adik
yang sedang lanjutkan pendidikan. Setelah menjelaskan secara baik orangtua
akhirnya bisa memahami dan mau menerima keputusan tersebut.
Pada
akhirnya saya juaga puas dengan keputusan ini. Demikian pula orangtua hal ini
tentu saja karena saya jujur dengan diri sendiri, dan keluarga. Mari kita
menjadi pribadi yang jujur.
Comments
Post a Comment